Penemu benih padi unggul di Indramayu

Selama ini, hidup petani padi kerap dirundung sejumlah persoalan. Saat panen raya, misalnya, mereka kerap merugi. Bukan saja karena faktor cuaca yang tidak menentu, mahalnya biaya produksi dan rendahnya harga gabah turut memperparah keadaan.

Prihatin melihat kondisi itu, seorang petani asal Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Indramayu, Jawa Barat bernama Joharipin tergerak untuk memperbaiki nasib para petani di desanya.

Sejak tahun 2000, ia melakukan penelitian untuk menemukan varietas unggul tanaman padi. Hasilnya, pada 2004, ia berhasil menemukan benih padi yang diberi nama bongong.

Benih unggul ini merupakan hasil persilangan benih padi kebo dengan benih padi longong. "Makanya dikasih nama bongong," kata pria yang akrab disapa Mas Jo ini.

Ia mengaku, motivasinya melakukan pemuliaan benih bukan hanya karena mahalnya harga benih di pasaran. Tapi, juga karena hilangnya benih padi lokal di pasaran. Selain itu, banyak benih padi yang tersedia di pasaran tidak sesuai dengan karakter lahan petani di desanya.

Menurutnya, hampir setengah luas areal sawah di desanya merupakan sawah lebak. Ini adalah jenis lahan persawahan yang selalu tergenang air sepanjang musim tanam.

Alhasil, saat buah padi mulai menguning, tanaman sering rebah. Akibatnya, hasil panen menjadi berkurang. "Kondisi petani sedikit akan membaik bila bisa mendapatkan benih padi unggul yang bisa panen dalam jumlah banyak," kata Mas Jo.

Selama melakukan pemuliaan benih, ia telah menguji delapan varietas benih unggul. Benih-benih itu telah diseleksinya untuk disilangkan demi menghasilkan bibit berkualitas.

Proses penyilangan benih itu dilakukannya empat kali dalam musim tanam. Ia menyebut proses pemuliaan benih itu sebagai "sekolah lapangan".
Pada tahun 2006, ia mulai memperkenalkan benih padi bongong ini kepada beberapa kelompok tani di Indramayu.

Sampai saat ini, benih padi hasil temuannya telah digunakan di 18 kecamatan di Indramayu. Bahkan, telah ditanam secara luas pula hingga ke Aceh, Kalimantan Barat, Kudus, dan Lumajang.

Menurutnya, banyak petani berminat karena benih padi bongong menghasilkan produksi gabah cukup tinggi. Selain itu, berasnya pulen, tahan hama, dan tidak boros pupuk, sehingga biaya produksi lebih murah. "Panen padinya mencapai 10 ton per hektardalam waktu 125-150 hari, sebelumnya hanya 7 ton per hektare," ungkapnya.

Kini, benih padi bongong telah dikembangkan oleh jaringan Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indramayu (IPPHTI). "Rencananya akan kami kembangkan hingga seluruh Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan petani," ucap lelaki penerima Danamon Award 2012 ini.

sumber : kontan.co.id