Pertanian dan Peternakan

Daun Gamal Obat Scabies Pada Kambing

SCABIES (SKABIES DALAM BAHASA INDONESIA)MERUPAKAN PENYAKIT PARASIT MENULAR PADA KULIT YANG DISEBABKAN OLEH TUNGAU. DUA SPESIES TUNGAU YANG SEIRING MENYEBABKAN SCABIES PADA KAMBING ADALAH SARCOPTES SCABIEI DAN PSOROPTESĀ  OVIS. PENYAKIT INI MASIH MERUPAKAN MASALAH PENTING PADA KAMBING DI INDONESIA.

Kambing yang terkena scabies mempunyai gejala adanya kegatalan yang hebat sehingga hewan berusaha untuk terus menerus menggaruk diikuti dengan timbulnya keropeng dan kerontokan bulu. Jika penyakit berlanjut, kulit menjadi tebal dan berbintil yang umumnya muncul pada ujung mulut, sekitar mata dan di dalam telinga. Jika luka terjadi di sekitar mulut maka kambing mengalami kesulitan makan dan akan mati karena kekurangan pakan (kelaparan).

Kambing-kambing yang terserang penyakit ini dimpedesaan sering dibiarkan begitu saja karena terkendala dengan harga obat yang mahal. Penyakit ini sangat cepat menular pada hewan dalam satu kandang dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kematian hingga 67%.

Salah satu tanaman yang mempunyai potensi sebagai obat scabies adalah Gamal yang dalam bahasa Laytin dinamakan Gliricidia sepium. Tanaman ini sering disebut juga kelor laut atau cebreng. Gamal ini merupakan tanaman pelindung yang daunnya biasa diberikan sebagai hijauan pakan ternak ruminansia karena meiliki nilai nutrisi yang tinggi (kandungan protein 18-30%) dan kecernaan tinggi (70%). Di samping itu daun dari tanaman ini ternyata juga memiliki bahan aktif kumarin yang bersifat insektisida, rodentisida dan bakterisida.

Daun gamal yang digunakan pada pembuatan ekstrak ini adalah dipilih daun tua tetapi masih lunak dari pohon gamal berumur lebiih dari 6 bulan.Semakin tinggi kadar kumarin dalam daun semakin baik efeknya sebagai boat scabies. Cara mudah untuk mengetahui daun dengan kadar kumarin tinggi adalah dengan cara merobek daun dan membaunya. Daun dengan kadar kumarin tinggi biasanya baunya lebih menyengat. Pengambilan daun untuk pembuatan ekstrak ini lebiih baik dilakukan pada musim kemarau karena pada musimĀ  penghujan umumnya kadar kumarin dalam daun menjadi rendah. dapun pembuatan ekstrak ini adalah dengan cara : 100 gram daun gamal dicincang halus kemudian direbus dalam 200 ml munyak kelapa sawit sampai mendidih selama 1 jam, selanjutnya suhu sedikit diturunkan (tidak dalam kondisi mendidih) selama 1 jam (total perebusan selama 2 jam). Hasil ekstrak tersebut kemudian diangkat dan disaring dengan kain sambil diperas sampai minyaknya tersaring sempurna. Hasil saringan dimasukkan dalam botol gelap (berwarna, dan jangan terkena sinar matahari sampai siap untuk digunakan. Ekstrak ini bisa disimpan pada suhu ruangan sampai 1 minggu, jika simpan pada almari es (4oC) bisa bertahan sampai 6 bulan.

Pemberian ekstrak ini pada kambiing dilakukan dengan cara mengoleskan ekstrak dengann kuas atau sabut kelapa pada seluruh permukaan kulit kambing yang terkena scabies. Apabila hanya sebagian kecil telinga yang terkena maka obat bisa dioleskan pada telinga saja tetapi apabila scabies telah menyebar pada sebagian badan sebaiknya seluruh tubuh kambing diolesi dengan obat karena untuk mencegah perkembangbiakan tungau ke bagian tubuh yang lain. JIka seluruh tubuh kambing harus dioles kira-kira diperlukan 100-200 ml obat tergantung besar kecilnya kambing.

Pengobatan dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak 1 minggu. Perlu diingat bahwa kambing yang telah diobati sebaiknya dipindahkan ke kandang yang bersih dan bebas scabies (kandang baru yang telah disemprot dengan insektisida sebelum digunakan). Hal ini sangat penting karenaa biasanya hewan yang sembuh dari scabies tidak mempunyai kekebalan sehingga mudah terkena lagi bila ditempatkan pada kandang yang tercemar.

Penemu benih padi unggul di Indramayu

Selama ini, hidup petani padi kerap dirundung sejumlah persoalan. Saat panen raya, misalnya, mereka kerap merugi. Bukan saja karena faktor cuaca yang tidak menentu, mahalnya biaya produksi dan rendahnya harga gabah turut memperparah keadaan.

Prihatin melihat kondisi itu, seorang petani asal Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Indramayu, Jawa Barat bernama Joharipin tergerak untuk memperbaiki nasib para petani di desanya.

Sejak tahun 2000, ia melakukan penelitian untuk menemukan varietas unggul tanaman padi. Hasilnya, pada 2004, ia berhasil menemukan benih padi yang diberi nama bongong.

Benih unggul ini merupakan hasil persilangan benih padi kebo dengan benih padi longong. "Makanya dikasih nama bongong," kata pria yang akrab disapa Mas Jo ini.

Ia mengaku, motivasinya melakukan pemuliaan benih bukan hanya karena mahalnya harga benih di pasaran. Tapi, juga karena hilangnya benih padi lokal di pasaran. Selain itu, banyak benih padi yang tersedia di pasaran tidak sesuai dengan karakter lahan petani di desanya.

Menurutnya, hampir setengah luas areal sawah di desanya merupakan sawah lebak. Ini adalah jenis lahan persawahan yang selalu tergenang air sepanjang musim tanam.

Alhasil, saat buah padi mulai menguning, tanaman sering rebah. Akibatnya, hasil panen menjadi berkurang. "Kondisi petani sedikit akan membaik bila bisa mendapatkan benih padi unggul yang bisa panen dalam jumlah banyak," kata Mas Jo.

Selama melakukan pemuliaan benih, ia telah menguji delapan varietas benih unggul. Benih-benih itu telah diseleksinya untuk disilangkan demi menghasilkan bibit berkualitas.

Proses penyilangan benih itu dilakukannya empat kali dalam musim tanam. Ia menyebut proses pemuliaan benih itu sebagai "sekolah lapangan".
Pada tahun 2006, ia mulai memperkenalkan benih padi bongong ini kepada beberapa kelompok tani di Indramayu.

Sampai saat ini, benih padi hasil temuannya telah digunakan di 18 kecamatan di Indramayu. Bahkan, telah ditanam secara luas pula hingga ke Aceh, Kalimantan Barat, Kudus, dan Lumajang.

Menurutnya, banyak petani berminat karena benih padi bongong menghasilkan produksi gabah cukup tinggi. Selain itu, berasnya pulen, tahan hama, dan tidak boros pupuk, sehingga biaya produksi lebih murah. "Panen padinya mencapai 10 ton per hektardalam waktu 125-150 hari, sebelumnya hanya 7 ton per hektare," ungkapnya.

Kini, benih padi bongong telah dikembangkan oleh jaringan Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indramayu (IPPHTI). "Rencananya akan kami kembangkan hingga seluruh Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan petani," ucap lelaki penerima Danamon Award 2012 ini.

sumber : kontan.co.id

Anton berdayakan warga desa dengan reklamasi lahan

Sejak tahun 2009, Anton Abdul Fatah memberdayakan warga Desa Sindang Sari, Garut, Jawa Barat untuk melakukan reklamasi lahan. Kondisi lahan di desa itu rusak akibat aktivitas usaha pembuatan batu bata.

Prihatin melihat kerusakan lahan di kampung halaman, Anton Abdul Fatah gigih memberdayakan warga desanya untuk melakukan reklamasi lahan. Upaya itu sudah dilakukannya sejak tahun 2009 di Desa Sindang Sari, Garut, Jawa Barat.

Kerusakan lahan itu terjadi karena banyak warga menyewakan lahan kepada pengusaha properti. Bukan dipakai buat membangun kompleks perumahan atau perkantoran, lahan itu dipakai sebagai tempat usaha pembuatan bata merah.

Read more: Anton berdayakan warga desa dengan reklamasi lahan

Who's Online

We have 6 guests and no members online

Pencarian dengan Google

Vinaora Visitors Counter

599423
Today
Yesterday
This Week
Last Week
This Month
Last Month
All days
1555
144
3840
590318
12929
23876
599423

Your IP: 3.17.139.66

Kontak Kami

Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
Web : www.geraiwinda.com

social