Wirausaha

Fitri merintis usaha berbekal uang Rp 4 Juta (2)

Saat merintis usaha pembuatan busana muslim di Depok, Jawa Barat, kondisi Fitri Aulia masih serba terbatas. Selain modal yang minim, ia juga sama sekali tidak memiliki pengalaman bisnis. Ia juga tidak pernah mengenyam pendidikan di bidang fesyen.

Namun dalam kondisi yang serba terbatas itu, ia tetap nekat mendirikan usaha. "Jika memiliki tekad, hambatan seperti apapun pasti akan bisa diatasi," ujar Fitri.

Bisnis ini mulai dirintisnya tak lama setelah ia menikah yakni di 2011. Saat itu, Fitri juga baru lulus kuliah dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia. Sejak awal setelah menikah, Fitri memang tidak memiliki keinginan untuk bekerja di perusahaan manapun.

Sebagai ibu rumah tangga, Fitri mendambakan bisa memiliki usaha sendiri. Kebetulan, ia memiliki minat yang tinggi di bidang fesyen. Sejak masih mahasiswa, ia suka memadupadankan busana muslim, sehingga tetap bisa tampil modis.

 

Hobi itu juga yang kemudian mendorong Fitri terjun ke usaha pembuatan busana muslim. Ia mengaku, usahanya ini dibangun dengan modal awal sebesar Rp 4 juta. "Kebetulan saat itu suami saya mendapat bonus dari pekerjaannya sebesar Rp 4 juta," ujarnya.

Uang yang tak seberapa itu dipakainya buat membeli bahan-bahan pakaian. Lantaran modalnya minim, ia hanya mampu membeli bahan sebanyak 2 kilogram (kg). Itu pun warnanya hanya satu jenis.

Kemudian bahan tersebut, ia bawa ke penjahit pakaian. Pada produksi perdana itu, Fitri hanya mampu membuat enam helai pakaian. Ia pun memasarkan produknya itu melalui blog miliknya.

Kebetulan, di blog-nya itu, Fitri memang rajin menulis maupun memajang foto-foto seputar busana muslim hasil kreasinya. "Hampir setiap hari saya foto-foto pakaian saya dan menampilkan di blog saya," ujar Fitri.

Dari blog itu juga lambat laun banyak orang yang menyukai busana hasil rancangannya. Enam helai pakaian yang menjadi produk perdananya itu pun langsung ludes.

Setelah itu, Fitri kembali memproduksi lagi. "Dalam tiga hari saya sudah kembali modal," ujarnya. Setelah modalnya balik, ia kemudian mencoba produksi dalam jumlah lebih banyak hingga mencapai 50 biji per bulan. Namun, masalahnya ia tidak bisa membuat pola pakaian, seperti yang selama ini dilakukan para desainer.

Padahal, pola itu penting sebagai acuan penjahit dalam membuat sebuah busana. Makanya, setiap kali terpikir akan satu desain, Fitri hanya membuat gambaran besar pakaian yang diinginkan. Sementara untuk lebih detailnya disampaikan secara lisan kepada penjahit.

Si penjahitnya yang kemudian membuatkan pola sesuai penjelasan Fitri. "Proses trial and error-nya memang lumayan banyak karena yang di pikiran saya belum tentu sama dengan penjahitnya," ujar Fitri.

Alhasil, seringkali pakaian yang dibuat penjahit kurang berkenan di hatinya. Biasanya, ia akan meminta dibuatkan lagi hingga benar-benar mendapatkan bentuk pakaian yang sesuai dengan keinginannya. "Setelah benar-benar pas baru diproduksi dalam jumlah banyak," kata Fitri.

Sampai saat ini pun pola kerjanya masih seperti itu. Sebab, hingga kini, Fitri belum bisa membuat pola sendiri. Tapi, hal itu tidak mengganggu perkembangan usahanya. Bahkan, pakaian hasil rancangan Fitri semakin banyak peminatnya.

Kiprahnya di dunia fesyen juga semakin diakui. Buktinya, ia kerap diundang mengisi acara pameran dan fesyen show. Baru-baru ini, Fitri ikut ambil bagian dalam ajang Jogja Fashion Week. 

(Bersambung)

sumber : kontan.co.id

Who's Online

We have 26 guests and no members online

Pencarian dengan Google

Vinaora Visitors Counter

728029
Today
Yesterday
This Week
Last Week
This Month
Last Month
All days
72
699
3147
720349
72
24965
728029

Your IP: 18.189.195.229

Kontak Kami

Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
Web : www.geraiwinda.com

social